Memperoleh berita baru di era globalisasi
seperti ini bak cetus api, sangat cepat dan dapat diperoleh dari mana saja.
Karena perkembangan zaman juga akhirnya media massa di Indonesia berlomba-lomba
untuk menyuguhkan berita yang terpercaya dan teraktual untuk masyarakat. Indonesia
yang mulanya di dominasi oleh media cetak dan media elektronik, kini lebih
diwarnai dengan kemunculan berbagai situs media online.
Tak sedikit pula media cetak yang akhirnya merambah ke dunia
maya, salah satunya adalah Tempo. Tempo adalah majalah berita mingguan
Indonesia yang umumnya meliput berita dan politik. Namun seiring maraknya media
massa online, Tempo akhirnya berinisiatif untuk membuat situs tempo.co
yang tidak hanya menyajikan berita dan politik, namun juga selebritas,
olahraga, sepak bola, ekonomi, hukum, dan bisnis. Lain halnya dengan
Tribbunnews dan Detik.com yang sejak awal memang menyajikan berita secara
online. Berita yang disampaikan pun dapat diakses melalui jejaring sosial,
sehingga kapan dan dimana saja masyarakat dapat mengakses berita secara mudah.
Media Center STAN yang menerbitkan Majalah Civitas pun tidak ingin ketinggalan
dengan melebarkan sayap di media online. Situs www.mediacenterstan.com yang dibuat
bertujuan agar akses artikel tentang STAN menjadi lebih mudah.
Sebagai masyarakat Indonesia yang peduli dengan kemajuan bangsanya,
kita harus lebih cerdas dalam menerima dan mencerna suatu pemberitaan. Salah
satu langkah mudahnya untuk bisa menjadi pembaca yang cerdas adalah mempelajari
karakteristik, kelebihan dan kekurangan dari ketiga contoh media massa yang
terkemuka di Indonesia yaitu Tempo.co, Tribunnews, serta Detik.com. Sebagai
bahan perbandingan, ada tiga artikel yang diambil dari ketiga media tersebut
dengan topik yang sama yaitu kekalahan pasangan Ahsan dan Hendra di babak final
turnamen Denmark Terbuka.
Artikel Tempo.co |
Dalam artikel terkait, gaya bahasa yang digunakan Tempo.co
cenderung formal dan tidak jarang penulisannya menggunakan diksi. Seperti gaya
bahasa pada paragraf terakhir “Hendra/Ahsan harus mengakui kehebatan pasangan
Korea, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong”, ini menunjukan sindiran halus pada
keadaan yang berlawanan dengan keadaan sebenarnya.
Penggunaan diksi terlihat pada paragraf dua dan enam. Ini
membuktikan bahwa gaya bahasa yang digunakan Tempo.co adalah gaya bahasa
jurnalisme sastra. Gaya bahasa seperti ini dipilih oleh jurnalis karena
mengandung tujuan untuk mengonstruksi realitas yang dibentuk. Pilihan kata (diksi)
yang tepat, tidak hanya sebagai varian gaya, tetapi untuk mencapai efek optimal
terhadap pembaca. Selain gaya bahasa, akhir dari berita pada Tempo.co tidak
menggantung, bahkan di paragraf akhir terdapat kesimpulan jurnalis tentang
berita tersebut. Berita yang ditulis juga berdasar fakta, ini terlihat dari
kalimat langsung dan tidak langsung yang terdapat pada artikel. Namun pada
situsnya tidak disediakan kolom komentar dan kritik, sehingga publik tidak
dapat menuliskan aspirasinya sendiri.
Artikel Tribunnews |
Tribunnews adalah situs berita online yang merupakan suatu
divisi koran daerah Kompas. Karena
merupakan divisi Kompas, jadi jangan heran jika gaya bahasanya pun terkadang
mirip. Dari penulisan judulnya “Cedera Bahu Penyebab Hendra/Ahsan” menjelaskan bahwa banyak terdapat
penggalan. Pada paragraf pertama baris keenam “Hal ini menyulitkan Ahsan
untuk menghujankan smash keras yang memang menjadi andalan” menggunakan gaya
bahasa yang berlebih-lebihan dengan tujuan untuk memberi penekanan (majas
hiperbola). Gaya bahasa tersebut ditujukkan agar para pembaca ikut hanyut dalam
pemberitaan. Foto yang diambil cukup jelas,
menunjukkan Hendra/Ahsan sedang berkonsentrasi penuh pada bola kok. Fakta dari
Tribunnews berdasarkan pernyataan dari narasumber yang diolah berupa kalimat
langsung dan tidak langsung. Pada
halaman bawah juga disediakan kolom komentar dan kritik untuk menampung
testimoni masyarakat.
Artikel Detik.com |
Diluncurkan tanggal 9 Juli 1998, Detik.com sudah mendapat “nama”
di jejaring sosial seperti twitter. Detik.com hanya mempunyai edisi daring dan
menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Gaya bahasa yang dipilih pun lebih
ringan dan pemberitaanya tidak terlalu panjang, sehingga dapat diterima oleh
berbagai lapisan masyarakat. Tetapi dalam menuliskan berita tentang topik ini
tidak disertai dengan narasumber tetapi langsung kepada pemaparan kejadian.
Oleh sebab itu, masih diragukan keakuratan fakta. Pemberitaanya pun masih
menggantung di akhir paragraf. Dalam artikel “Dikalahkan Lee/Yoo,
Ahsan/Hendra Gagal Jadi Juara “ masyarakat sudah aktif berpartisipasi dalam
memberikan pendapatannya pada kolom komentar. Contohnya ada masyarakat yang
mengoreksi kesalahan penulisan hasil skor.
Ketiga media online tersebut memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Namun, alangkah baiknya jika ketiga kelebihan dari
masing-masing media online tersebut dapat diterapkan di majalah Civitas.
Kelebihan media online yang patut dicontoh antara lain adalah
menggunakan gaya bahasa sendiri yang nantinnya akan menjadi ciri khas majalah
Civitas, pilihan kata, serta fakta yang didapat dari narasumber yang terpercaya. Tetapi
kekurangan dari ketiga media online tersebut juga dapat dijadikan pembelajaran,
agar kedepannya media center tidak melakukan kesalahan yang sama dan bisa
semakin bersaing dengan media massa dari kampus lain.(/lsd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar